Electronic Resource
RELEVANSI TEORI AL-GHAZALI DALAM MERESPON TEORI ISLAM KONVENSIONAL
Seiring berkembangnya perekonomian saat ini, yang sudah tidak terkontrol lagi, seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang yang tidak lagi memperhatikan aspek kebutuhan yang bersifat primer, maka dipandang perlu untuk menemukan sebuah solusi yang mampu membatasi hasrat konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang, dengan lebih mementingkan aspek spiritual agar tidak menimbulkan perilaku konsumsi yang berlebihan dalam mengkonsumsi suatu barang. Dalam penelitian ini penulis mengambil konsep teori konsumsi Al-ghazali, sebagai tolak ukur dari konsep ekonomi islam yang sangat jauh berbeda dengan konsep konsumsi konvensional. Penulis berusaha meneliti secara langsung di Toko Bangunan Mandiri, tentang penerapan konsep teori al-ghazali sebagai dasar dari pola penjualan dengan berlan daskan hokum sesuai ajaran agama Islam.Yang mana teori konsep konsumsi Al-ghazali memiliki cirri khas tersendiri dalam menerapkan hokum islam. Al-Ghazali dalam teorinya membagi menjadi tiga jenis kebutuhan yaitu: Pertama Kebutuhan Primer (daruriyat) yaitu sesuatu yang harus ada untuk keberadaan manusia atau tidak sempurna kehidupan manusia tanpa terpenuhi kebutuhan tersebut. Kedua kebutuhan sekunder (hajiyat) yaitu apabila kebutuhan ini tidak atau belum terwujud tidaklah membawa atau menimbulkan bencana atau kerusakan, Ketiga kebutuhan Pelengkap (tahsiniyat) yaitu kebutuhan yang sifatnya hanya sebagai pelengkap atau menyempurnakan saja. Dan Al-ghazali dalam memenuhi kebutuhan seseorang memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam berkonsumsi,
2
2
yaitu Pertama batasan dalam sifat dan cara, Kedua batasan-batasan hal kuantitas, Ketiga batasan dalam hal etika konsumsi.Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini(current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan di sposibel saat ini (current disposable income). Menurut Kaynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus(autonomous consumpti).
142801605 | 14 KHA r 605 | Perpustakaan Universitas Nurul Jadid | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Koleksi Digital |
Tidak tersedia versi lain