Electronic Resource
INTERNALISASI NILAI-NILAI PESANTREN DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MEMBENTUK MORAL PESERTA DIDIK DI SMP PLUS MIFTAHUL ARIFIN BLIMBING BESUKI SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis implementasi internalisasi nilai-nilai pesantren dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam Untuk Membentuk Moral Peserta Didik , dengan latar belakang SMP Plus Miftahul Arifin berada dilingkungan pesantren, Peserta didik wajib mondok di pesantren sehingga mudah untuk menanamkan nilai-nilai Agama Islam dan membentuk moral peserta didik.
Penelitian dilaksanakan di SMP Plus Miftahul Arifin Blimbing Besuki Situbondo Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Sumber data penelitian ini meliputi orang, tempat, kegiatan-kegiatan, dokumen-dokumen yang dapat memberikan informasi dalam memahami masalah yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, telaah dokumen. Data yang terkumpul ditulis secara utuh, ditranskrip, dikategori, diberi kode, disimpan, dicari dan diambil lagi untuk kepentingan pemaparan, triangulasi, analisis dan integrasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi internalisasi nilai-nilai pesantren dalam kurikulum PAI melalui: (1) Perencanaan dalam penyusunan kurikulum PAI membentuk Tim Pengembang Kurikulum (TPK) dengan model adminitratif dari atasan kebawahan dengan cara membentuk kelompok pengarah dan pelaksana. (2) Guru PAI membuat, menyusun RPP sesuai silabus. RPP penting dibuat karena menentukan hasil tindakan pembelajaran. (3) penilaian pembelajaran PAI melalui sikap spiritual dan sosial masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan instrumen observasi, sedangkan untuk penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat terlaksanan melalui tugas akhir materi pelajaran, ulangan harian per KD, Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Penilaian Akhir semester (PAS). Penilaian keterampilan dengan ujian praktik materi PAI, baca tulis dan menghafal Al-quran.
Upaya membentuk moral peserta didik belum menunjukkan sikap sopan santun peserta didik kepada guru-guru di sekolah, berbeda ketika peserta didik di pesantren yang menunjukkan sikap tawaduk terhadap kiai. Oleh karena itu pihak sekolah seharusnya berupaya memamksimalkan penerapan sikap sopan santun, malaksanakan aturan dan keteladanan (uswatun hasanah).
Adapun faktor pendukung adalah keberadaan sekolah dan peserta didik di lingkungan pesantren sehingga diharapkan nilai-nilai pesantren dan PAI dapat terlaksana, sedangkan faktor penghambat adalalah sarana prasarana, buku dan waktu yang relatif sedikit untuk pembelajaran PAI sehingga sedikit muatan-muatan kepesantrenan dimasukkan kedalam kurikulum PAI.
20160026 | Perpustakaan Universitas Nurul Jadid | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Koleksi Digital |
Tidak tersedia versi lain