Electronic Resource
DIAM DALAM NIKAH(PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP MAKNA SUKUT WANITA GADIS DALAM MEMILIH PASANGAN NIKAH)
ABSTRAK
Hanafi, Muhammad. 2019. Diam Dalam Nikah (Pandangan Hukum Islam Terhadap Makna Sukut Wanita Gadis Dalam Memilih Pasangan Nikah) Skripsi, Jurusan Hukum Keluarga, Fakutas Agama Islam, Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Pembimbing: (I) H. Idrus Ali, M.H.I., Pembimbing: (II) Bashori Alwi, M.S.i.
Kata Kunci: Pandangan Hukum Islam, Sukut Gadis, Nikah.
Berbicara tentang perempuan dalam konteks teks keagamaan, umumnya akan mengarah pada persoalan bias, diskriminasi, kontroversial atau semacamnya dan menjadi agenda dari tahun ketahun. Apalagi bagi kalangan feminis. Bagi mereka, interpretasi teks keagamaan dipandang diskriminatif dalam memosisikan perempuan. Hal itu dikarenakan paradigma maskulinitas-patrialkhal yang masih begitu kuat. Salah satunya adalah mengenai hadits Nabi yang berbicara tentang hak perempuan dalam memilih pasangan serta persoalan diam sebagai indikasi persetujuan untuk konteks wanita gadis.
Peneliti hendak mengungkap dan mendeskripsikan pemaknaan dan interpretasi konsep Sukut yang ada di dalam hadits tersebut, serta relevansiya dalam konteks kekinian dalam rangka membangun makna (meaning) yang nantinya memberikan pemahaman yang komperhensip terhadapap masyarakat khususnya umat Islam.
Penelitian ini merupakan study pustaka (Library research) dengan pendekatan dan metode studi ma’an al-hadist. Adapun dalam mengumpulkan datanya digunakan metode takhrij al-hadist. Sementara dalam menganalisis dan menginterpretasikan dilakukan dengan tinjauan linguistik, historis dan tematik komprehensip yang meliputu psikologi dan simiotika serta pandangan para fuqaha’. Sedangkan dalam membuat simpulan–hipotetifnya menggunakan metode berpikir induktif.
Setelah dilakukan penelitian terkait pemaknaan diamnya gadis menurut para fuqaha’. Mereka berpendapat bahwa diamnya seorang gadis itu menunjukkan atau mengindikasikan terhadapat persetujuaanya sekalipun terdapat ta’wil mereka tentang diamnya gadis yang didasarkan pada gejala fisik seperti kondisi air mata dan raut muka. Namun secara tematik-komprehensip persoalan diam sangat erat kaitannya dengan sosio-psikologis. Sekalipun diam merupakan gejala fisik. Karena bisa jadi diamnya gadis itu karena memang malu, atau takut. Berbeda dengan konteks saat ini dimana gadis cenderung lebih berani dan terbuka untuk berpendapat.
1520201331 | Perpustakaan Universitas Nurul Jadid | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Koleksi Digital |
Tidak tersedia versi lain